Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

MERENTANG SEJARAH, MEMAKNAI PANTJA SILA (PANCASILA), MENUJU INDONESIA EMAS 2045

Gambar
Meditasi dan Kontemplasi Soekarno dalam Menggali Pantja Sila Pada malam menjelang 1 Juni 1945, Soekarno bertafakur, menjelajahi lapis demi lapis lintasan sejarah bangsa, menangkap semangat yang bergelora dalam jiwa rakyat, dan akhirnya menengadahkan tangan meminta petunjuk kepada Tuhan agar diberi jawaban yang tepat atas pernyataan tentang dasar negara yang hendak dipergunakan untuk meletakkan Negara Indonesia merdeka di atasnya. Selengkapnya Soekarno menuturkan sebagai berikut: Tengah-tengah malam yang keesokan harinya saya akan diharuskan mengucapkan pidato giliran saya, saya keluar dari rumah Pegangsaan Timur 56. Saya keluar di malam yang sunyi itu dan saya menengadahkan wajah saya ke langit, dan saya melihat bintang gemerlapan, ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu. Dan di sinilah saya merasa kecilnya manusia, di situlah saya merasa dhaifnya aku ini, di situlah aku merasa pertanggungan-jawab yang amat berat dan besar yang diletakkan di atas pundak saya, oleh karena keesokan harinya ...

LATUPATI ATAU DAWAN ADAT? SEBUAH TELAAH KEARIFAN LOKAL, BAHASA TANIMBAR TERHADAP PENGGUNAAN KATA LATUPATI UNTUK PEMANGKU/TUA ADAT DI TANIMBAR

Gambar
Perdebatan tentang nama Latupati atau Dawan Adat yang lebih tepat kepada para pemangku adat di Tanimbar sudah sejak lama dipersoalkan, namun di Tanimbar hingga saat ini tetap menggunakan kata Latupati yang kian kembali diperdebatkan oleh generasi muda Tanimbar untuk mempertegas tentang keberadaan eksistensi Tanimbar dengan kekhasan bahasanya. Dengan adanya perbedaan, maka tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana seharusnya kesadaran masyarakat Tanimbar tentang ketanimbarannya.  Telah diterbitkan kajian-kajian terdahulu tentang alasan yang fundamental dalam penetapan kata Latupati untuk menggantikan Dawan Adat di Kepulauan Tanimbar.  Di luar dari kajian-kajian terdahulu yang khususnya menggantikan istilah Dawan Adat, Dawan Adat merupakan bahasa Seira, Larat dan Fordata yang memiliki arti pembesar, tokoh atau tua adat. Penulis membuat telaah khusus tentang hal-hal yang sudah lebih dahulu dipikirkan oleh masyarakat Tanimbar lainnya tentang ketidaksesuaian penggunaan...