REFLEKSI EMERITUS PROFESOR DAN PENDETA: PDT. (EM.) PROF. (EM.) DR. (H.C.) JOHN A. TITALEY, TH.D.


Jejak Dalam Praksis 

Sebuah refleksi kedua dari saya kepada Pdt. (Em.) Prof. (Em.) Dr. (H. C.) John A. Titaley, Th.D. Sebagai Profesor yang telah Emeritus pada 29 Juni 2024 di Universitas Kristen Indonesia Maluku dan telah menyelesaikan panggilannya sebagai tenaga organik di Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat pada 30 Juni 2024 di Gudung Gereja Maranatha Ambon.

Prof. JT merupakan Pendeta dan akademisi yang berdiri atas dua titik kekhasan Indonesia yang kemudian menjadi buah pikirnya selama ini yaitu, Primordial dan Nasional, sebab negara-bangsa Indonesia adalah bagian dari putih dan merah. Putih adalah simbol dari Primordial yang terletak pada kekhasan setiap bangsa-bangsa di Nusantara dengan budaya, agama leluhur dan berbagai hal mengenai identitas bangsa-bangsa di Nusantara. Bahkan termasuk agama-agama dunia (Hindu, Buddha, Islam, Katolik, Kristen, dan Konghucu) yang hadir di Nusantara sejak awal abad ke-4 hingga abad ke-19. Pada titik lain yang amat penting dan krusial bagi Indonesia adalah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 & 18 Agustus 1945 yang menandakan Nasional Indonesia telah mencapai titik cerah. Akan tetap, Nasional yang menyatukan semua bangsa-bangsa di Nusantara menjadi Indonesia tidak menghentikan dan menghancurkan seluruh tatanan kekhasan Primordial semua manusia Nusantara, tetapi justru Nasional Indonesia menjadi rumah yang nyaman bagi seluruh Primordial di Nusantara.

Prof. JT dengan peran besarnya menguak seluruh realitas masa lalu dengan berbagai keberagaman yang kemudian dirinya menanamkan semua itu pada mereka yang pernah dididik olehnya, atau bahkan mereka yang juga pernah membaca karya-karya baiknya. Pancasila Sebagai Agama Sipil merupakan salah-satu buah pikirnya yang telah mengkosmos, sebab jika agama-agama dunia terlalu ideal dalam menuhankan agama dan mengabaikan hakikat TUHAN yang sebenarnya, maka Pancasila yang digagas sebagai Agama Sipil hadir dengan dogmanya yaitu toleransi, jika terjadi intoleransi maka itu melanggar ajaran agama sipil. Dengan demikian, Pancasila bukan hanya sebagai sebuah fundamentalis masyarakat, bangsa dan negara, tetapi juga agama sehingga agama harus inklusif dan bukan eksklusif. Agama-agama seharusnya mengembangkan agama sipil. Dengan beragam penyebutan nama Ilahi, karena itu yang Ilahi itu harus dipahami sebagai yang inklusif, sebab jika eksklusif penganutnya seperti hidup di rimba dengan memakai hukum rimba sehingga mengkafirkan yang lain.

Pendamaian yang Menghidupkan 

Peristiwa Emeritasi Pdt. (Em.) Prof. (Em.) Dr. (H. C.) John A. Titaley, Th.D. Mengingatkan semua orang akan perjalanan hidup seorang abdi TUHAN yang melayani berdasarkan perintahNya dan berhenti berdasarkan penentuanNya. Dalam tahun-tahun pengabdian, dia hanya menyampaikan segala perkataan yang ditaruh TUHAN pada bibirnya, namun cercaan, makian, bahkan upaya untuk membungkamlah yang diterima dari para pendengar. Apa yang ia kerjakan hanyalah apa yang disuruh oleh TUHAN, tetapi semua itu yang membuat dirinya akrab dengan penderitaan dan pergumulan. Prof. JT juga meninggalkan jejak ajaran dan teladan, sehingga di atas jejak itu ada banyak tunas baru yang pada saat ini sedang melambaikan terima kasih. Sekarang, abdi TUHAN telah tiba pada ujung masa bakti dalam jabatan, dia bertatapan dengan kasih setia TUHAN, dan berjabat tangan dengan pertolongan TUHAN, serta memeluk pemeliharaan TUHAN. 

Prof. JT dalam Ibadah Emeritasinya, membacakan sebuah narasi akan jejak dan pesannya. Aku berhenti di sini, kamu jalanlah terus. Aku akan tetap di sini, kamu melesatlah jauh. Aku akan selalu ada di sini, kamu terbanglah tinggi, tidak usah mengambil waktu untuk mengabariku tentang kisahmu, akan selalu ada orang yang menceritakannya untukku. Tidak usah mengirimkan tanda kasih bukti suksesmu, cukup karyamu ku lihat dalam mereka yang dipulihkan dan dikuatkan. Tidak perlu bersusah payah mencari aku, karena aku akan dengan mudah terlihat dalam kinerjamu. Tidak penting namaku disebut dalam sambutan, karena Dia yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadaku. 

Masa pelayanannya salama 38 tahun 1 bulan, sebagai Pendeta GPIB. Pdt. (Em.) Prof. (Em.) Dr. (H. C.) John A. Titaley, Th.D. Ditahbiskan sebagai Pelayan Firman dan Sakramen di Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat, pada 1 Juni 1986. Prof. JT menjadi Tenaga Utusan Gereja (TUG) Protestan di Indonesia bagian Barat di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan sejak tanggal 29 Maret 2019, menjadi Tenaga Utusan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat di Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM). Tidak mudah untuk ziarah iman panjang sebagai Pendeta dan akademisi, Prof. JT tidak hanya sebatas itu, namun dirinya layak disebut sebagai Guru Bangsa, sebab jejak pikirannya melahirkan Sumber Daya Manusia yang tangguh dan cerdas. Kecerdasannya melintasi agama-agama dunia di Indonesia, yang dibuktikan dengan para muridnya bukan hanya dari agama Kristen, tetapi juga yang beragama lain. Prof. JT berprinsip, jadilah Kristen tanpa harus mengkristenkan orang lain, begitu pula agama lainnya.

Gereja Basudara: GPM & GPIB

Dalam peristiwa Emeritasi Pdt. (Em.) Prof. (Em.) Dr. (H. C.) John A. Titaley, Th.D. terjadi perjumpaan kembali sebagai Gereja Bersaudara antara Gereja Protestan Maluku dan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat. Berdasarkan sejarahnya, Indische Kerk melalui Pemerintah Belanda, mulai memberi otonomisasi di bagian Timur Nusantara. Pada tahun 1934, di Minahasa menjadi Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), kemudian di Maluku menjadi Gereja Protestan Maluku (GPM) pada tahun 1935, dan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) pada tahun 1947. Tidak hanya sebatas itu, namun bekas wilayah Indische Kerk di bagian Barat Indonesia, direorganisasikan menjadi Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) pada tahun 1948. Keempat Sinode ini menjaga kesatuannya sebagai Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan mengalami perkembangan melalui penggabungan sinode lainnya hingga sekarang ini.

Berdasarkan peristiwa masa lalu dalam ikatan kekeluargaan sebagai Gereja Bersaudara, maka Ibadah Emeritasi Pdt. (Em.) Prof. (Em.) Dr. (H. C.) John A. Titaley, Th.D. di Gedung Gereja Maranatha Ambon menggunakan Tata Ibadah GPIB dan dilayani oleh Pdt. Drs. Paulus Karisto Rumambi, M.Si (Ketua Majelis Sinode GPIB Periode 2020-2025). Dalam Ibadah Emeritasi ini, Pdt. (Em.) Prof. (Em.) Dr. (H. C.) John A. Titaley, Th.D. yang melakukan Pelayanan Firman (Khotbah) serta doa syafaat oleh Pdt. Elifas T. Maspaitella, M.Si (Ketua BPH Sinode GPM Periode 2020-2025).

Ikatan kekeluargaan menjadi darah yang mengalir dalam jiwa Prof. JT, sehingga darinya seluruh peristiwa perjumpaan Gereja Bersaudara ini terjadi di luar agenda GPI. Prof. JT telah meninggalkan warisan baik dalam kata dan praksisnya, salah-satu praksisnya adalah dibukanya Program Studi Doktor Teologi dengan Konsentrasi Agama dan Kebangsaan di Universitas Kristen Indonesia Maluku dan telah menghasilkan dua orang lulusan sebagai buah sulung hasil karya nyata Prof. JT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENG HARI-INI-KAN INJIL KEPADA ANAK-ANAK

HIMPUNAN MAHASISWA DAN PEMUDA LELEMUKU KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR MENG-HARI-INI-KAN HUKUM BAGI MASYARAKAT