MENG HARI-INI-KAN INJIL KEPADA ANAK-ANAK


Meng-hari-ini-kan Injil kepada anak-anak adalah sebuah hakikat dari kontekstualisasi, sebab banyak sekali hal yang bersifat abstrak, termasuk pemahaman akan Allah. Oleh karena itu, dengan meng-hari-ini-kan Injil, maka itu merupakan sebuah upaya untuk berada pada tataran empiris, di mana sebuah aksi praksis menjadi kunci atas jawaban meng-hari-ini-kan Injil kepada anak-anak. Gereja perlu berada pada situasi di mana menyesuaikan dirinya dengan bentuk eklesiologi yang berwujudkan anak dan bertumbuh di dalam anak.

Sejak masa kepemimpinan MPH Sinode GPM periode 2015-2020, setiap perayaan HUT GPM pada tanggal 6 September, selalu dilakukan kajian yang pada akhirnya dicetak dalam sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan. Hal ini sebagai tujuan untuk memastikan panggilan GPM sebagai gereja yang berkontribusi merawat dan mengarahkan peradaban demi mendukung keberlanjutan hidup manusia dan semesta sebagai karya Tuhan. Salah satu isu yang merupakan telaah GPM pada perayaan HUT yang ke-83 pada tahun 2018 adalah "Gereja yang Melayani Anak-anak." Hal ini merupakan salah satu karya implementatif GPM untuk memenuhi panggilan gereja dalam pemberian Injil (Wrinussa, 2019: iii-vii).

Aku gereja, kau pun gereja, Kita sama-sama gereja.
Aku gereja, kau pun gereja, Kita sama-sama gereja. 
Gereja bukanlah gedungnya, dan bukan pula menaranya, bukalah pintu dan lihat di dalamnya.
Gereja adalah orangnya.

Demikianlah sekelumit nukilan syair lagu yang diyakini cukup dikenal, mulai dari kalangan anak-anak Sekolah Minggu sampai orang dewasa dari warga jemaat Kristen (Gaspersz, 2020: 23). Gereja memang benar adalah orangnya dan pasti sebagai gereja yang dinamis akan terus mengkontekstualisasikan dirinya, secara khusus untuk menatalayani anak. Kendatipun demikian, sebuah bangunan juga memiliki arti yang penting. Hal ini bukan bertujuan untuk memprioritaskan sebuah bangunan fisik dan mengabaikan pelayanan kepada anak. Akan tetapi, pelayanan kepada anak membutuhkan fasilitas yang baik demi kenyamanan kepada para pengasuh dan anak-anak dalam proses melakukan seluruh kegiatan SMTPI berdasarkan takaran pendidikan formal gereja (PFG).

Penulis bertolak dari hal di atas, akan mengejawantahkan konteks meng-hari-ini-kan Injil bagi anak-anak SMTPI di Jemaat GPM Passo Anugerah, khusus sektor Betlehem. Jemaat GPM Passo Anugerah adalah salah satu jemaat di Klasis Pulau Ambon Timur, Jemaat ini memiliki 7 sektor dan 29 unit. Masing-masing sektor pelayanan ada yang memiliki 4 unit pelayanan, tetapi juga 5 unit pelayanan. Ketujuh sektor tersebut adalah sebagai berikut: 

  1. Sektor Kalvari berdiri dari 4 unit.
  2. Sektor Efrata 4 unit.
  3. Sektor Betlehem 4 unit. 
  4. Sektor Karmel 5 unit. 
  5. Sektor Galilea 4 unit.
  6. Sektor Zaitun 4 unit.
  7. Sektor Ebenhaezar 4 unit.

Jemaat GPM Passo Anugerah sangat serius memperhatikan pelayanan kepada anak, hal itu terbukti dengan adanya satu buah gedung SMTPI untuk khusus menjadi tempat belajar anak dari jenjang Batita Indria sampai Remaja pada setiap sektor pelayanan.

Siang ini sekitar pukul 12.05 WIT, pada bangun lantai dua gedung Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil (SMTPI) Sektor Betlehem, dilakukan doa oleh Pdt. C. M. Radjawane, S.Si. (Ketua Majelis Jemaat GPM Passo Anugerah) bersama panitia, pengasuh, dan para tukang untuk pembangunan lanjutkan, yaitu pemasangan rangka atap dan pemasangan atap gedung SMTPI sektor pelayanan Betlehem. Gedung tersebut telah dibangun sejak bulan Mei 2023 atas prakarsa Ibu Dr. Fransina Latumahina yang menjabat sebagai ketua pengasuh pada sektor Betlehem. Ini memang bukan sesuatu yang bertujuan mengutamakan sebuah bangunan fisik, akan tetapi tujuan menjadikan tempat yang nyaman dan tepat dalam melayani anak-anak dengan baik.

Sebuah keutamaan pembangunan adalah memberdayakan sumber daya manusia (SDM) agar dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Dengan bertolak pada realitas yang terjadi di Jemaat GPM Passo Anugerah, khususnya masing-masing sektor pelayanan tentu memberi perspektif lain tentang pentingnya sebuah bangunan yang layak dan nyaman untuk menjadi tempat melayani anak dengan cara menumbuhkan potensi anak sejak dini sebagai upaya menciptakan SDM yang mumpuni demi tercapainya kehidupan berkelanjutan yang lebih baik di masa depan.

Pembangunan gedung-gedung SMTPI pada masing-masing sektor pelayanan, khususnya sektor Betlehem, sama sekali tidak dianggarkan pada persidangan jemaat, sehingga bukan menjadi tanggungan jemaat, tetapi merupakan upaya mandiri dari pengasuh sektor pelayanan dengan tujuan memiliki sarana dan prasarana yang baik dalam menunjang pendidikan formal gereja kepada anak. Ada tiga hal yang sangat fundamental dalam mengupayakan tempat yang layak dan nyaman untuk seluruh proses SMTPI berlangsung, sehingga anak merasa diperhatikan dengan baik oleh para pengasuh yang pada akhirnya dapat membentuk karakter anak, yaitu: 

Pertama, anak merupakan anugerah merupakan anugerah Tuhan bagi keluarga. Anak merupakan sumber daya potensial bagi gereja, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, perhatian serius kepada anak-anak bukan saja tanggung jawab sosial politik negara tetapi merupakan penggilan teologis warga negara (baca: gereja). Gereja yang mengabaikan pelayanan anak tentu bukanlah gereja yang sejati. Hal ini nampak dalam Injil ketika murid-murid mengecilkan peran dan keberadaan anak-anak, Yesus marah kepada mereka (Markus 10:14). Kedua, potret anak dan perempuan saat ini masih rentan dan perlu perhatian serius. Berbagai tingkat kekerasan kepada anak-anak, pengabaian hak-hak anak, perkawinan anak, penjualan anak, termasuk cyber crime kepada anak, anak terpapar game online, merupakan fakta-fakta yang perlu mendapat perhatian dan penanganan semua pihak, termasuk gereja dan agama-agama. Diperlukan langkah-langkah serius yang strategis dan terintegrasi dari berbagai stakeholders untuk bersama-sama mencegah tindak kekerasan kepada anak, melindungi hak-hak anak serta menumbuhkembangkan potensi kreatif yang dimiliki oleh anak-anak Indonesia. Ketiga, anak sebagai aset gereja dan bangsa. Jika kita hendak menggapai masa depan yang lebih baik, maka perhatian kepada anak-anak merupakan syarat mutlak di era digital ini. Jika anak-anak disiapkan sejak dini secara prima melalui pendidikan di dalam keluarga, lembaga agama, maupun sekolah serta masyarakat, maka akan muncul generasi baru yang bermutu, memiliki karakter serta budi pekerti yang mulia (Yembise, 2019: ix-x).

Berdasarkan tiga hal di atas, maka sangat penting mempersiapkan generasi anak yang baik menuju Indonesia Emas di tahun 2045. Dengan memulai dari pembentukan sumber daya anak dan mempertahankan tempat yang layak dan tepat bagi anak untuk dibimbing dan diasuh. Dengan terjadinya pembangunan gedung SMTPI sektor Betlehem tersebut, penulis berefleksi tentang suara profetik para pengasuh SMTPI sektor Betlehem dengan berbagai pertimbangan yang mendalam untuk kepentingan kenyamanan anak saat proses Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil berlangsung.

Gambar proses pergumulan dan pembangunan 






Daftar Pustaka 

Gaspersz, Steve G. C. Batu Karang yang Teguh: Eklesiologi dan Teologi Publik Timur Indonesia. Mimika: Penerbit Aseni, 2020.

Werinussa, A. J. S. "Kata Pengantar." Dalam Gereja yang Melayani Anak. Editor Johan R. Saimima, Rudolf Rahabeat, Rosa Talabessy-Parera, dan Jemmy R. Talakua. Salatiga: Satya Wacana University Press, 2019.

Yembis, Yohana. "Sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia." Dalam Gereja yang Melayani Anak. Editor Johan R. Saimima, Rudolf Rahabeat, Rosa Talabessy-Parera, dan Jemmy R. Talakua. Salatiga: Satya Wacana University Press, 2019.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIMPUNAN MAHASISWA DAN PEMUDA LELEMUKU KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR MENG-HARI-INI-KAN HUKUM BAGI MASYARAKAT

REFLEKSI EMERITUS PROFESOR DAN PENDETA: PDT. (EM.) PROF. (EM.) DR. (H.C.) JOHN A. TITALEY, TH.D.