CUCI NEGERI LEAHARI

 

Negeri Leahari memiliki 3 soa dengan peran dan kedudukannya masing-masing.

  1. Soa Makaeli yang dimiliki marga Makatita (Mata rumah Parenta).
  2. Soa Lisa yang dimiliki marga Hahury (mata rumah Kapitan).
  3. Soa Lesimoa yang dimiliki mata rumah Mataheruila dan seluruh pendatang di Negeri Leahari.

Pada hari Kamis 28 Desember 2023 jam 09-11 WIT pembersih negeri, jam 15.00 WIT persiapan bersama di rumah ketua adat Negeri Leahari, selanjutnya bersama perwakilan Upu Latu (perwakilan Bapak Raja), ketua adat, seluruh kepala soa, kapitan, peniup tahuri, serta perwakilan masing-masing soa melakukan perjalanan ke Baileo (rumah adat/istana Latuhalawan) untuk melepaskan para utusan yang terdiri dari perwakilan Upu Latu, seluruh kepala soa, kapitan, peniup tahuri dan perwakilan masing-masing soa untuk naik ke Rusunuwano (Rusunuwano adalah negeri lama masyarakat Leahari) selanjutnya dilakukan ritual panggilan arwah Leluhur.

Setelah tiba di Rusunuwano jam 18.00 WIT makan malam dan selanjutnya semua mempersiapkan diri dengan iringan tifa dan dong, perwakilan Upu Latu, seluruh kepala soa, kapitan, peniup tahuri masuk ke teung (pusat Negeri Rusunuwano) untuk mulai melakukan ritual pemanggilan arwah Leluhur. Panggilan arwah Leluhur dilakukan selama 3 kali, jam 08.00, Jumat, 29 Desember jam 00.00 dan 03.00 WIT. Setiap jam melangsungkan ritual pemanggilan arwah Leluhur diiringi bunyi tifa, gong dan tahuri. Jam 07.30 WIT perjalanan dari Rusunuwano dan tiba di Leahari jam 09.00, kemudian dijemput oleh Upu Latu (Bapa Raja), ketua adat, pendeta & dewan guru serta tokoh adat lainnya untuk selanjutnya dilakukan ritual pencucian negeri. 

Prosesi cuci negeri dilakukan setelah peserta yg melakukan ritual pemanggilan arwah Leluhur menuju teung Soalisa, teung Makaeli & teung Lesimoa (teung adalah pusat). Selanjutnya dilakukan percikan air pembersih negeri di teung Leahari dan terakhir proses di Baileo. Ritual tersebut ditutup dengan Ibadah bersama di gereja Anugerah Leahari dan dilakukan makan Patita dan masa sukacita bersama hingga jam 17.00 WIT para tua-tua adat negari kembali ke Baileo untuk mengembalikan para Leluhur ke Rusunuwano.

Sebagai masyarakat Leahari yang ada di soa Lesimoa, penulis mengikuti ritual Cuci Negeri Leahari dari awal sampai selesai, sebab penulis merupakan salah satu perwakilan anak muda dari soa Lesimoa (gabungan para pendatang di Negeri Leahari) yang ikut naik ke Rusunuwano (negeri lama masyarakat Leahari). Dengan demikian tulisan ini merupakan suatu kesaksian dan refleksi kontekstual terhadap ritual tersebut.

Proses Cuci Negeri Leahari merupakan sebuah pembaruan alam, penulis menyebutnya sebagai proses pembaharuan alam karena diawali dengan kerja masohi (gotong royong) untuk pembersihan negeri, semua itu sebagai tanda mempersiapkan seluruh isi negeri menyambut TUHAN & Leluhur untuk melimpahkan berkat melalui pembaharuan alam tersebut. Harapan besar masyarakat Leahari agar melalui proses ini, hasil laut melalui penangkapan ikan semakin melimpah, serta hasil tanaman umur panjang maupun tanaman umur pendek dapat menghasilkan buah yang lebat dan memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat.

Proses Cuci Negeri Leahari juga mendorong masyarakat untuk sepenuhnya mempersiapkan diri dan hati dalam menjalankan ritual tersebut sehingga berdampak pada kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Hal lain yg mendapatkan dampak positif dari ritual tersebut adalah memperkokoh persekutuan, dalam Negeri dan Jemaat GPM Leahari terdapat 3 Batu Tungku (Pemerintah, Gereja & Guru/Pendidik), dalam perannya masing-masing untuk sebuah tujuan berpihak kepada rakyat dalam membela hak rakyat, memberdayakan, mendidik dan lainnya. Persekutuan masyarakat dan jemaat semakin kokoh ada dalam kehidupan yang harmonis.

Semua ini adalah makna dari identitas primordial yang tetap dipegang oleh masyarakat hingga saat ini, bahwa dengan ritual adat, agama suku serta agama dunia menjadi sebuah kesatuan dalam kehidupan nasional sebagai masyarakat Indonesia yang mempertahankan praktek positif dari budaya. Sebuah identitas ganda sebagai masyarakat primordial tetapi juga nasional yang hidup dalam konteks revolusi digital dengan tetap mempertahankan ritual adat yang membawa dampak positif bagi kehidupan bersama.

Gambar proses ritual cuci Negeri Leahari







Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENG HARI-INI-KAN INJIL KEPADA ANAK-ANAK

HIMPUNAN MAHASISWA DAN PEMUDA LELEMUKU KABUPATEN KEPULAUAN TANIMBAR MENG-HARI-INI-KAN HUKUM BAGI MASYARAKAT

REFLEKSI EMERITUS PROFESOR DAN PENDETA: PDT. (EM.) PROF. (EM.) DR. (H.C.) JOHN A. TITALEY, TH.D.